Pemimpin Pembelajaran dalam pengelolaan sumber
Pemimpin
Pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya merupakan pemanfaatan pada aset-aset
sekolah yang dimiliki dan dikelola dengan baik oleh seorang pemimpin
pembelajaran sebagai sebuah kekuatan/potensi sekolah sesuai kodrat alam dan
kodrat zaman.
Sekolah merupakan sebuah ekosistem yang di dalamnya
terdapat tata interaksi antara makhluk hidup dan unsur yang tidak hidup dalam
sebuah lingkungan. Sebuah ekosistem mencirikan satu pola hubungan yang saling
menunjang pada sebuah teritorial atau lingkungan tertentu.
Jika diibaratkan sebagai sebuah ekosistem, sekolah adalah
sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik
(unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya
sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis.
Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling
memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya. Faktor-faktor
biotik yang ada dalam ekosistem sekolah, yaitu: Murid, Kepala Sekolah, Guru,
Staf/Tenaga Kependidikan, Pengawas Sekolah, Orang Tua, Masyarakat sekitar
sekolah.
Selain itu, faktor faktor abiotik seperti: Keuangan dan
Infrastruktur atau sarana prasarana juga berperan aktif dalam menunjang
keberhasilan proses pembelajaran di sekolah.
Pemikiran Ki Hadjar Dewantara bahwa pendidikan sebagai
sebuah proses Menuntun
segala kodrat yang ada pada anak -anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan
dan kebahagiaan yang setinggi -tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai
anggota masyarakat. Maka, sebagai pemimpin pembelajaran dalam
pengelolaan sumber daya sekolah, seharusnya memanfaatkan seluruh kodrat alam
dan kodrat zaman yang ada sebagai sebuah kekuatan aset yang dimiliki untuk
mendorong sebuah agen perubahan transformasi pendidikan dalam mewujudkan
merdeka belajar bagi murid dan guru.
Adapun pendekatan yang dapat kita lakukan melalui aset
sekolah adalah pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking)
yang akan memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang,
dan apa yang tidak bekerja. Segala sesuatunya akan dilihat dengan cara pandang
negatif.
Kita harus bisa mengatasi semua kekurangan atau yang
menghalangi tercapainya kesuksesan yang ingin diraih. Semakin lama, secara tidak
sadar kita menjadi seseorang yang terbiasa untuk merasa tidak nyaman dan curiga
yang ternyata dapat menjadikan kita buta terhadap potensi dan peluang yang ada
di sekitar.
Pendekatan berbasis aset/kekuatan (Asset-Based Thinking) adalah
sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, seorang ahli psikologi
yang menekuni kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri. Pendekatan ini
merupakan cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam
kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak
untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang
menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.
Apabila kita mengaitkan dengan visi, misi, nilai dan
peran Guru Penggerak.maka, seharusnya komunitas sekolah memusatkan pendidikan
yang berpihak pada murid dan berorientasi pada lingkungan bersih, indah, serta
nyaman demi mewujudkan nilai dan peran guru penggerak yang mandiri, reflektif,
kolaboratif, inovatif, berjiwa pancasila, dan berpihak pada murid sebagai
sebuah agen perubahan di sekolah.
Post a Comment for " Pemimpin Pembelajaran dalam pengelolaan sumber"